Pages

Kamis, 23 Desember 2010

Mui Wo, Surga Pecinta Sepeda Di Hong Kong

Hong Kong, Tidak saja berupa sebuah negeri yang kebanyakan berdiri hutan-hutan beton. Jika kita mau sedikit melangkahkan kaki ke berbagai daerah yang ada di Hong Kong, Kita bisa menemukan wajah Hong Kong dari sisi yang lain. Banyak pulau-pulau indah disana. Ahad lalu saya mengadakan perjalanan (backpack-sendirian lagi) ke sebuah pulau bernama Lantau Island tepatnya ke Mui Wo/Silver Mine Bay. 1 hari saya Alhamdulillah bisa membagi waktu mengunjungi beberapa tempat sekaligus, Dan Insya Allah ceritanya akan saya tulis secara bersambung biar tidak terlalu panjang. Semoga anda sekalian tidak bosan ya....

  Dari station kereta Diamond Hill saya terlebih dahulu menuju station Causeway Bay karena
ada suatu keperluan. Dari station kereta ini kemudian saya segera jalan ke Central dimana terdapat sebuah pelabuhan bernama Central Ferry Pier, Yang mana di pelabuhan Central inilah kita bisa menaiki kapal ferry ke berbagai pulau yang ada di sekitaran Hong Kong.

  Ada pier no.2 tujuan Park Island. Pier no.3 tujuan Discovery Bay. Pier 4 tujuan Lamma Island. Pier no.5 tujuan Cheung Chau. Pier no.6 tujuan Mui Wo/Silver Mine Bay & Peng Chau. Pier no.7 tujuan Tsim Sha Tsui dan Pier no.8 tujuan Hung Hom.

  Sebelumnya, Saya jalan dulu di sekitaran Central untuk melihat sudut kota Central secara berbeda. Mengunjungi taman kecil yang da di dekat pelabuhan dan sekitarnya.

  Sesampai di pelabuhan Central, Segera saya turun ke lantai dasar di tepi pelabuhan dimana pier no.6 tujuan Mui Wo akan mengantarkan perjalanan saya nantinya. Alhamdulillah, 7 menit lagi kapal ferry akan segera berlayar. Saya mengeluarkan kartu Octopus (Patadhong-dalam bahasa Kantonis) untuk membayar pada pintu masuk yang sudah terdapat alat pembayaran khusus. $HK33.50 adalah ongkos menuju Mui Wo.

  Ketika saya mengitarkan pandangan ke berbagai arah yang mana terdapat sebuah ruang tunggu yang di kanan kiri terletak bangku-bangku berjejer, Tak ada satupun orang Indonesia selain saya. Kebanyakan para pelancong dari berbagai negara, Semisal bule-bule yang membawa serta anak istri & ibu mereka, Pelancong dari Korea & Jepang serta para penduduk lokal yang kebanyakan bermata sipit.

  Beberapa menit kemudian, Pintu menuju jalan masuk kapal ferry pun terbuka secara otomatis. Dan kami (saya) perlahan berjalan dengan teratur ke dalam kapal ferry. Saya segera mencari tempat duduk di bagian sebelah kiri, Yang mana saya bisa menikmati view kota Central & Shueng Wan nantinya dari dalam kapal. Cuaca hari Ahad itu Alhamdulillah cerah, Berkisar antara 25-30 derajat celcius.

  Sepanjang perjalanan, Saya tak henti-hentinya mengucap syukur bisa menikmati sebuah perjalanan ke Lantau Island sebelum kepulangan saya yang tinggal beberapa bulan saja ini. Setiap melihat pulau-pulau kecil yang dilewati oleh kapal ferry, Saya terkagum-kagium bahwa Hong Kong pun memiliki banyak pulau-pulau ternyata. Banyak kapal-kapal besar dan kecil pun berseliweran. Dan 45 menit kemudian sampailah kapal ferry di dermaga di daerah Mui Wo.

  Sesaat di pintu keluar saya disambut oleh ratusan sepeda pancal yang berjajar di pinggir dermaga. Wah, Cantik nian... Keren deh!! Segera saya mengeluarkan kamera dari ransel & membidik objek ke beberapa tempat. Kemudian saya menuju sebuah kios di depan pintu keluar dermaga & bertanya kepada seorang ibu penjaga kios tersebut bagaimana cara meminjam sepeda barang sejam atau 2 jam saja. Ibu tersebut menjawab dengan ketus & menunjukkan jari telunjuknya ke beberapa stan penjual pernak-pernik peralatan pantai di ujung jalan sebelah dermaga.

Sabar...Sabar...

  Setelah mengucapkan terimakasih kepada ibu penjual tersebut, Saya pun menuju sebuah peta daerah Mui Wo yang terletak pada sebuah dinding kaca yang di seberangnya terdapat sebuah tugu selamat datang bertuliskan ''Welcome to Mui Wo''. Disitu tertera beberapa tempat alternatif yang bisa di kunjungi sekaligus.

  Ada Silver Mine Bay Beach, Nam Shan Historical Trail, Hung Shing Temple, Pak Tai Temple, Silver Mine Fall, Man Mo Temple. Setelah melihat beberapa menit dan mengingat-ingat jalan menuju beberapa tempat tersebut saya kemudian jalan ke sebuah stan yang menjajakan macam-macam barang dari mulai topi, Celana pantai, Alat pancing, Minuman dsb-nya untuk meminjam sepeda kepada bapak pemilik stan tersebut.

  Saya menjelaskan kepada bapak tersebut hanya menyewa selama 2 jam saja & bapak tersebut menerangkan pula bahwa sampai berapapun jam lamanya sepedanya bisa disewa & ongkosnya setelah sepeda dikembalikan saja. Duh baik banget bapak tersebut ya...

  Setelah mendapatkan sebuah sepeda yang masih sangat bagus, Saya pun menuju ke jalan raya menuju Silver Mine Bay Beach. Mengayuh sepeda sendirian seperti ini rasanya bak menikmati kampung saja hehe... Sesampai di dekat pantai saya berpapasan dengan teman dari Indonesia yang bekerja di daerah tersebut. Saya kemudian bertanya bagaimana jalan alternatif menuju air terjun di ujung lembah di bukit sebelah sana itu.

  Karena dari peta yang saya lihat di pinggir dermaga tadi, Perjalanan menuju kesana 30 menit jalan kaki. Asumsi saya jika jalan menuju air terjun menggunakan sepeda wah pasti akan lebih cepat. Ternyata perkiraan saya meleset jauh, Saya malah kesasar pada perkampungan di daerah Mui Wo. Wah dimanakah ini?? Kenapa malah semakin jauh saja jalannya?? Akhirnya saya berbalik arah menuju jalan yang bercabang yang terletak di perkampung pertama.

  Kebanyakan rumah-rumah di Mui Wo berupa rumah susun berlantai 2 & di beberapa tempat yang saya lalui banyak terdapat pohon-pohon besar dan ladang-ladang kering milik penduduk yang menanam beragam sayuran. Banyak semak belukar yang tumbuh dengan rimbun, Bunga-bunga yang sudah layu, Pohon-pohon Pisang yang buahnya yang belum masak dan di dekatnya mengalir sungai yang membelah perkampungan yang mana di pinggirnya berlabuh puluhan kapal-kapal kecil milik nelayan setempat yang berjejer dengan rapi.

  Saya melihat ada papan petunjuk di balik sebuah pohon, Waduh papan petunjuknya aja nyungsep begini pantas saja jalannya tidak ketemu-ketemu hehe.. Setelah hampir 10 menitan mengayuh sepeda yang rasanya semakin menanjak saja, Saya menemukan sebuah bangunan yaitu Man Mo Temple. Saya pun mengeluarkan kamera kembali, Klik...Klik. Beberapa menit kemudian segera saya menuju sebuah papan petunjuk lagi yang menerangkan arah jalan ke air terjun yang akan saya tuju.

  Alhamdulillah, Perjalanan saya sejauh dari Diamond Hill menyebrangi beberapa pulau ternyata tak sia-sia. Dari kejauhan sudah terlihat dari pandangan saya 2 buah air terjun yang berada pada 1 tempat di balik bukit. Horrayyyy....

  Subhanallah... Semakin mendekat pemandangannya semakin menyejukkan. Sudah ada beberapa wisatawan asing yang berada di bawah air terjun. ''Welcome to Silver Mine Fall Garden'' begitu sebuah tulisan yang terletak pada pintu masuk air terjun. Beberapa bule pun melepas sepatu & kaki mereka rendamkan ke aliran air yang mengalir ke sebuah sungai. Saya pun menuju sebuah batu besar & dibaliknya saya pun melepas kedua kaos kaki & sepatu kets saya, Dan berendamlah kedua kaki saya pada aliran air dibawah air terjun.

  Subhanallah, Rasanya sejuk & adem banget. Rasanya saya akan berlama-lama berada di tempat situ hehe. Kemudian beberapa menit saya mengambil beberapa objek di air terjun tersebut & memotret beberapa pengunjung yang narsis disana. Saya pun meminta tolong kepada 2 orang pengunjung untuk memotret saya sebagai tanda bahwa saya telah mengunjungi air terjun di pelosok Mui Wo. Hihihi... Hidup narsis!!

  Setelah puas menikmati segenap ciptaan-Nya, Saya pun segera menuju jalan yang saya lalui tadi yang rasanya jalannya semakin menurun dan tak perlu mengayuh sepeda. Cukup mengatur rem pada beberapa tikungan yang saya lalui, Kemudian saya menuju dermaga kembali untuk mengembalikan sepeda yang saya pinjam. Ternyata ongkos selama 2 jam adalah $HK20. Kebetulan air yang saya bawa dari rumah sudah habis, Saya pun membeli air botolan pada bapak pemilik stan peminjaman sepeda.

  ''Adik, Kasih aku 5 dollar saja untuk air tersebut''

  Wah terimakasih banyak ya pak, Jawab saya.

  Karena hari yang semakin senja, Saya memutuskan untuk menyudahi perjalanan saya di Mui Wo ini. Hanya beberapa tempat saja, Tapi Alhamdulillah sudah banyak hal yang saya dapatkan.

  Di dekat dermaga Mui Wo ada sebuah terminal bus yang bisa diakses ke beberapa tempat. Ada ke Tai o, Tong Fuk Beach, Ngong Ping (Tian Tan Buddha). Dan saya pun menemukan ide seketika itu untuk menuju Ngong Ping saja dengan naik bus no.2. Yang mana dari Ngong Ping saya bisa mengadakan perjalanan ke beberapa tempat sekaligus (Ngong Ping Village, The Tian Tan Buddha, Po Lin Monastery & Wisdom Path)

  Wah, Sudah sepanjang ini ya tulisan saya ternyata hehe..

  Bersambung dulu ya kawan di tulisan selanjutnya...


 
Salam Backpacker...

Rabu, 07 Juli 2010

15 JURUS JITU MENULIS NOVEL OLEH BU PIPIET SENJA

  Mengenal nama Bu Pipiet Senja lewat buku yang beliau terbitkan. Sebenarnya ada banyak karya yang sudah beredar di pasaran, tapi baru beberapa yang bisa saya nikmati. Beberapa waktu lalu ketika melewati sebuah toko buku di kawasan padat daerah Causewaybay Hong Kong, Saya menyempatkan mampir sejenak.

  Siapa tahu ada buku bagus yang bisa saya koleksi. Mata saya memandang ke berbagai sudut rak-rak yang ada didalam toko tersebut. Salah satunya yang saya ambil adalah buku karya bu Pipiet ini Cinta Dalam Sujudku.

  Minggu 04 Juli lalu saya berkesempatan mengunjungi workshop menulis yang diadakan oleh Dompet Du'afa secara gratis di daerah Tin Hau. Info ini saya dapatkan dari salah seorang kawan Multiply yang tinggal di kawasan Kowloon Tong.

Dan, Dibawah ini 15 jurus jitu dalam menulis novel dari beliau yang saya rangkum dari workshop menulis minggu kemarin, semoga bermanfaat bagi kawan-kawan sekalian:

1.IDE
-Bisa kita temukan dimana-mana.
-Memahami hakikat untuk menggali ide.
-Mengembangkan ide; bisa pakai sitim siapa, bagaimana dan dimana.

2.JUDUL
-Usahakan memikat, membuat penasaran, menggedor.
-Paragraf pertama, mengorganisir jalinan cerita, bab per bab

3.DRAFTING, OUTLINE/SINOPSIS.
-Drafting bab per bab.
-Organisir cerita, mengemasnya agar tetap memikat pembaca.

4.DIKSI/DESKRIPSI.
-Asah kemampuan membuat diksi.
-Mengasah kata, menajamkan makna.

5.BAHASA.
-Penguasaan bahasa sangat penting.
-Pemakaian istilah dari bahasa daerah ke dalam novel Indonesia.
-Bahasa Gaul, bahasa komunikatif, en so on

6.KARAKTER/PENOKOHAN.
-Tokoh utama, tokoh sisipan sekedar numpang lewat.
-Tokoh hitam putih, antagonis dsb-nya
-Point of view; sudut pandang

7.SUSPENSE; KEJUTAN.
-Bagaimana menyelipkannya agar manis dan nalar.
-Konflik, konflik global, konflik kecil yang diselesaikan bab per bab.

8.ENDING.
-Dibiarkan menggantung.
-Dramatis, happy ending dan sebaliknya.

9.EDITING.
-Dilakukan sambil menulis bab per bab
-Diediting setelah selesai, finishing touch.

10.PERANGKAT PENUNJANG.
-Komputer, mesin ketik, internet, bacaan.
-Survey langsung berupa interview, riset dsb nya

11.MENEMBUS MEDIA.
-Jenis jenis penerbit di Indonesia.
-Visi dan misi media
-Trade record penerbit.

12.PROAKTIF PENULIS.
-Mendongkrak penjualan buku; roadshow, bedah buku dsb nya

13.KELEMAHAN PENULIS PEMULA.
-Cepat puas, tak siap mental menjadi terkenal
-Pede dengan karya sendiri
-Jangan pernah mennunggu karya kita dimuat dahulu
-Teror penerbit/reduksi dengan karya kita!

14.BUKU HARIAN.

-Biasakan memiliki buku harian
-Penting bagi penulis untuk segera merekam ide yang berseliweran di sekitar kita.

15.KOMUNITAS PENULIS.
-Hati-hati jangan sampai terjebak kedalam komunitas yang tak jelas dan menyesatkan.

Insya Allah bu Pipiet akan berada di Hong Kong 1 bulan ke depan untuk memberikan workshop kembali di tiap hari Minggu.

Indoor: Minggu, 4 Juli 2010 & 25 Juli 2010
Outdoor: Minggu, 11 Juli 2010 & 18 Juli 2010

Workshop kepenulisan ini diselenggarakan oleh Dompet Du'afa cabang Hong Kong.Beliau berpesan jika ingin menulis, menulislah segera jangan tunda-tunda. Pesan beliau yang lain : Menulis buku tentang kisah inspiratif, kisah nyata dan menulis buku untuk anak-anak saat ini sangat dinanti-nanti oleh penerbit di tana
h air.

Jumat, 28 Mei 2010

SUPER WOMEN

  Bercerita tentang wanita wanita hebat, wanita wanita super, wanita wanita yang pemberani, wanita wanita yang tangguh, wanita yang keras dalam menjalani kehidupannya, adakah anda salah satu SUPER WOMEN itu?!

  Di salah satu sudut pasar tradisional, seorang nenek menata dagangannya yang berupa bermacam-macam sayuran ada kentang, buncis, kacang panjang, cabe rawit, dan berbagai bumbu dapur dari mulai jahe, daun salam, daun jeruk, sampai bumbu yang berupa biji bijian pun tersedia dengan lengkap. Begitulah keseharian nenek penjual sayur sayuran tersebut. Tak lelah dia menjalani rutinitas kesehariannya, bahkan setiap pembeli yang datang ke tempatnya dilayani dengan ramah dan senyum khas miliknya. Membayangkan usianya, seharusnya dia tlah dirumah menimang cucu. Ahh...terharu saya mengenang kejadian ini.

  Ditempat lain, seorang penjual bakso angkringan. Yang penjualnya adalah seorang ibu ibu, dia pun melayani pembeli dengan sepenuh hati. Pembeli yang datang ditanya terlebih dahulu, si ibu pun melayani dengan sabar. Sambil bertanya bakso berapaan yang akan dibeli, apa yang 2 ribuan, 3 ribuan, atau bakso yang 4 ribuan. Maklum, harga bakso di kampung memang bervariasi kawan. Murah harganya, tapi rasanya pun tak mengecewakan.
Seingat saya, saya sudah berlangganan dengan ibu penjual bakso ini sejak saya SMP. Pelayanan yang sabar, murah harganya, dan tak membedakan pembeli yang datang ke tempatnya, ibu penjual bakso pun melayani pembeli dengan sabar.

  Di sudut tempat yang lain, seorang ibu penjual nasi bungkusan. Ketika ada pembeli datang ke warung sederhana nya dia pun melayani dengan sabar para pembeli yang datang ke warungnya. Tak jarang, ketika ada anak kecil yang dibawa para pembeli langganannya, entah makanan berupa apapun selalu diberikan secara rata kepada anak anak tersebut. Kepada para langganan di warung nasi nya pun, ibu ini pun berlaku sama. Tak ada perbedaan kepada mereka. Sampai sampai banyak orang yang berkata, si ibu ini terlalu ''AWEHAN/LOMAN'' (ini bahasa jawa,kalau dalam bahasa Indonesia artinya suka memberi sesuatu kepada orang lain). Bahkan, ketika dagangan nya masih ada yang tersisa. Tak ragu ragu si ibu ini memberikan kepada yang kekurangan, entah kepada tetangganya ataupun kepada yang lain.

  Merekalah para SUPER WOMEN itu, merekalah para ibu ibu yang hebat yang tak gampang menyerah,dengan berbuat kebaikan kepada orang lain, entah dengan senyuman dari nenek penjual sayur, layanan yang ramah dari ibu penjual bakso, bahkan dari ibu penjual nasi yang ''awehan'' kepada oranglain, dari yang sedikit itulah yang mungkin tak mereka sadari. Entah suatu saat, pasti akan mendapat ganti yang indah atau balasan dari Dzat Pemberi Rezeki yaitu Allah Subhanahu waa'taalaa...

SALUT KEPADA PARA IBU IBU TERSEBUT

Adakah SUPER WOMEN lain yang bisa anda ceritakan disini?!







*dalam ingatan dengan kampung halaman yang penuh dengan orang orang hebat dan tangguh dalam menjalani kehidupannya*







-Diamond Hill, 151009-

Kamis, 29 April 2010

Pendidikan Di Tanah Air Semakin Mahal Saja Harganya

Ratna Lukitasari namanya, usianya baru menginjak 15 tahun. Setelah beberapa bulan lalu lulus dari SMP, diapun tak melanjutkan sekolah lagi. Putus sekolah...
Dan BIAYA adalah sebab dia tak melanjutkan sekolah lagi. Sungguh, trenyuh saya mendengar alasan dari kedua orangtuanya beberapa waktu yang lalu. Bapak & ibunya mengemukakan alasan lain bahwa hasil panen tahun inipun tak seberapa hasilnya, harga pupuk dan obat-obat tanaman melambung tinggi, sedang harga hasil panen pun tak berbanding dengan hasil keringat yang mereka curahkan. Dan lagi lagi karena BIAYA yang tak ada, maka anaknya pun tak dapat melanjutkan ke SMA dikota Ponorogo.

Ketika mudik lebaran pada Idul Fitri lalu, saya menyempatkan berkunjung ke keluarga dari pihak bapak dan ibu saya. Termasuk ke rumah Ratna ini, ketika saya datang ke rumah sederhana orangtuanya yang memakan waktu 30 menit naik sepeda motor, saya pun agak lupa-lupa ingat dengan rumahnya. Karena beberapa tahun tak pulang ke Indonesia saya benar benar kaget dengan perubahan di daerah saya. Banyak sudah jalan jalan desa sudah di aspal, perempatan jalan dimana-mana juga telah diberi lampu merah. Ah...pangling saya dengan kemajuan kota kelahiran saya ini.

Sesampai di rumahnya pun, ada seorang tetangga Ratna yang juga sama-sama tak melanjutkan sekolah lagi. Saya prihatin dengan keadaan mereka, sebagai saudara tak banyak yang bisa saya lakukan untuk mereka. Hanya semangat untuk tak pantang menyerah yang slalu saya berikan kepada mereka adik-adik saya tersebut.

''Nduk,kalau kamu tak sekolah. Terus apa kegiatanmu selama dirumah beberapa bulan ini?''

''Pengangguran mbak, terkadang membantu bapak ibu di sawah.terkadang membantu Embah (nenek) jualan gorengan dipasar.''

Anak seusia mereka sudah dapat merasakan bagaimana susahnya mencari duit, dan saya pun menjelaskan sesuatu kepada Ratna ini.

''Nduk,kalau kamu tak ada kegiatan lain. Jika kamu mampir ke rumah Embah mu, ada waktu mampirlah ke rumah Budhe(panggilan Ratna kepada ibu saya). Ada banyak berbagai macam buku yang saya punyai yang bisa kamu baca. Kalau bisa pun bawalah buku-buku tersebut pulang ke rumah ini''

''Tapi mbak, saya pun tak bisa kemana-mana kalau tidak sama ibu saya. Insyaallah saya usahakan ya mbak'' berbinar mata dia ketika mengutarakan hal ini pada saya.

''Oh iya mbak. Kalau umur saya sudah cukup. Saya mau masuk ke penampungan PJTKI, saya mau bekerja ke luar negeri seperti embak ini. Saya pengen mandiri mbak''

Deggggg...

Kaget saya dengan kalimat dari Ratna barusan, sungguh tak tega saya mendengar kalimat-kalimat yang diutarakannya.

Menjadi buruh migran di luar negeri tak mudah Nduk, banyak hal yang harus engkau siapkan. Kamu harus siap mental dan fisik, juga pengalaman kerja yang harus engkau punyai. Menjadi buruh pun bukan pilihan terakhirmu kan?? Sungguh janganlah engkau mengikuti jejak embakmu ini bekerja di negeri seberang.

Tapi, itu semua adalah hakmu Nduk. Karena PUTUS SEKOLAH pun engkau memilih mau mengikuti jejak jejak saudaramu ini mengais rezeki di negeri yang jauh.

Sungguh, apa yang harus saya lakukan untuk membantumu Nduk?!



Selasa, 27 April 2010

Ya Allah...Tahu-Tahu Saya Telah Kere dan Sakit-Sakitan!

Category:Books
Genre: Religion & Spirituality
Author:Badiatul Roziqin
Saking terbiasanya, kita selau menganggap kesehatan sebagai nikmat yang biasa-biasa saja. Kita melupakannya, bahkan mengabaikannya, dan baru tersentak sadar kala penyakit menghajar tubuh kita.

Begitu juga dengan anugerah kekayaan yang kita miliki. Saat dilimpahi harta melimpah , kita lupa mensyukurinya. kita gunakan harta harta itu semata-mata untuk memuaskan nafsu yang tak ada punahnya. Setelah kekayaan menipis bahkan meninggalkan kita, lagi-lagi kita baru tersentak penuh kesadaran ''Ya Allah, tahu-tahu saya telah kere...!''

Sungguh, kita semua pastilah tidak ingin mengalami hidup yang sakit-sakitan dan kekurangan harta. Kita semua inginnya selalu sehat dan bisa membeli apa saja. Tapi hidup niscaya selalu menyuguhkan perputaran waktu dan keadaan. Anda yang kini sehat bisa saja besok tiba-tiba terkulai tanpa nyawa. anda yang kemarin kaya bisa saja lusa tahu-tahu penuh derita akibat musibah.

Maka yang paling utama bagi setiap kita ialah jangan sia-siakan kesempatan sehat dan kaya yang dianugerahkan oleh-Nya. pergunakanlah sebaik-baiknya untuk kebahagiaan hidup anda di dunia dan akhirat, agar kelak tidak ada sesal saat bencana kere dan sakit-sakitan menghantam anda, sementara anda belum berbuat apa-apa dari anugerah tersebut. Ingatlah, anda masih memiliki kesempatan itu, lakukanlah sekarang juga.

Buku ini menjadi pengingat dan penuntun kecenderungan kelalaian hati kita atas anugerah sehat dan kaya itu.

Buku ini berisi tentang beberapa bab yaitu:
1. Sakit adalah semaian cinta dari Tuhan
2. Terimalah takdir penyakit
3. Etika menjenguk orang sakit
4. Cara sehat menurut Al-Qur'an dan Sunnah
5. Obat-obatan anjuran Al-Qur'an dan Sunnah
6. Kiat sehat denagn bahan-bahan alami
7. kisah-kisah mereka yang bangkit dari sakit
8. Perkara yang diharamkan dan dampak bagi kesehatan,
9. Ya Allah, saya telah kere!
10. Tidak kaya harta, asal kaya hati
11. Doa-doa penyembuh penyakit dan pelancar rezeki dari Al-Qur'an dan sunnah

Membaca buku ini dijamin tidak akan rugi....

Kawan Saya Bilang, Cemburu Itu Tandanya Sayang

Kawan, pernahkah kalian merasakan cemburu?! cemburu pada sesuatu hal yang bikin kita jadi iri,bikin kita slalu memikirkan si cemburu yang bertambah hebat dampaknya pada diri kita?!.


Dulu saat saya masih anak anak[lah sekarang mah juga masih anak anak:-)] saya pernah merasakan cemburu yang hebat pada saudara saudara saya, ketika mereka [kakak dan adik saya laki2 semua] mendapatkan pemberian yang berbeda dari saya,wah saya cemburu berat sama mereka. Lha jelas iya lah, wong mereka dibelikan mainan mobil mobilan trus saya ndak dibelikan jadi jelas sekali cemburu itu melanda saya. Hahaha...itu mah jaman baheula ya, sekarang Alhamdulillah rasa cemburu itu sudah hilang seiring saya dan saudara saya yang saling berjauhan,kakak saya mukim di Surabaya sedang adik saya mukim di Madiun.

Nah,seorang kawan saya disini pernah berkata ''Cemburu itu tandanya sayang loh''. Dia khan udah berkeluarga gitu,trus udah punya anak juga, ketika kawan saya ini telepon ke hape suaminya. Kok ya pas banget,mungkin jaringan di Indonesia lagi sibuk atau mungkin hape suaminya lagi di charge gitu loh. Kawan saya ini langsung curhat ke saya
''De...saya telepon rumah berkali kali kok ndak isa ya,ada apa gerangan dengan suami saya. jangan jangan....''

Si embak ini ndak melanjutkan pembicaraannya lg,trus besoknya dia telepon rumah eh kok ya langsung nyambung gitu. Yah si embak langsung tanya macam macam sama misuanya.
''Pak,kemaren ditelepon kemana toh ya.apa bapak sekarang sudah mau melupakan saya?!''

Suaminya si embak langsung jawab, ''Haduh...si ibu ini,cemburu nya sudah kelewatan ya...hehehe. Saya kemaren ke rumah pakdhe Jono,trus hapenya saya tinggal dirumah dan saya charge gitu loh bu. Hihi...ibu cemburu berarti tandanya sayang loh bu''

Kawan, akhirnya si embak ini sudah bisa tersenyum lagi dan sekarang rasa cemburunya sudah pergi jauh. Memang, keadaan si embak dan suaminya yang berjauhan menimbulkan banyak kecurigaan kecurigaan ya,dan dari rasa curiga ini dampaknya adalah hadirnya rasa cemburu.

Jadi,bagi kawan sekalian yang sedang berjauhan jarak dengan keluarga[suami+anak+keluarga], usahakan komunikasi yang lancar dengan mereka. Karena hanya inilah senjata yang paling ampuh, dan tidak lupa berdo'a memohon kepada-Nya semoga keluarga kita selalu berada dalam naungan-Nya...

Minggu, 25 April 2010

(Fiksi) Ibu Kapan Pulang?


Langit biru adalah hal yang paling aku sukai

Melihatnya, mengingatkanku pada anak & ibuku di Indonesia

Ahhh...entah kapan aku bisa menikmati langit biru bersama keluargaku

Yang bisa menjawabnya hanya aku.....

Tidak juga kamu......



* * * * * * *

Senja berarak, Matahari pun kembali ke peraduannya. Langit biru perlahan berganti senja yang semakin memerah. Seperti biasa mbak Lastri mengantarkan momongan majikannya ke salon langganan (bukan bobo-bobo atau anak kecil, tapi adalah seekor anjing). Yah seekor anjing yang lucu, warnanya putih.

Itulah pekerjaan sehari-hari mbak Lastri. Dari pertama kali majikannya sudah memberitahunya bahwa lebih penting anjing tersebut daripada pekerjaan yang lainnya. Hmmmm.....memang majikan yang aneh, begitu pikir mbak Lastri waktu pertama kali kerja di majikan tersebut. Tapi lama-kelamaan, mbak Lastri bersyukur. Ternyata majikannya benar-benar baik tidak seperti dugaan nya dulu. Alhamdullilah juga selama 4 tahun bekerja di majikan tersebut, segala kebutuhan sehari-hari nya terpenuhi. Jarang ada majikan di Hong kong yang seperti majikan mbak Lastri ini.

Sambil memasukkan anjing tersebut ke dalam tas khusus, tak lupa mbak Lastri mengunci pintu rumah. Pikirannya menerawang, membayangkan puteri satu-satunya yang sekarang baru saja masuk kelas 1 Sekolah Dasar di kampung halamannya di Indonesia. Yah karena keterbatasan ekonomi, dengan seijin ibu kandungnya (Karena suami mbak Lastri sudah meninggal 5 tahun yang lalu karena kecelakaan kerja) mbak Lastri akhirnya mencari nafkah ke negara Hong Kong, Bukan ke negara lainnya seperti tetangga-tetangga di desanya. Tetangganya kebanyakan bekerja di negara Arab Saudi, Malaysia, Brunei Darussalam dan lain sebagainya.

Mbak Lastri pun berjalan ke arah MTR Diamond Hill (di kawasan Diamond Hil inilah mbak Lastri tinggal bersama majikannya), sambil tetap menjinjing tas yang berisi anjing piarannya tak lupa dia mengisi patadong $50 (Patadong adalah sejenis kartu yang di gunakan untuk naik alat transportasi baik itu MTR, Bus, Minibus, ataupun belanja di supermarket). $50 itulah yang diberikan sekali jalan 1 minggu sekali saat mengantarkan anjing piaraanya tersebut di kawasan Prince Edward.

sesampai di MTR Prince Edward, mbak Lastri pun turun dan langsung menuju ke arah salon langganan khusus anjing. ''Cece, Lei homa??'' (mbak, apa kabar??) Sapa petugas di salon itu dengan ramah. ''Kehoa Cece'' (baik mbak) Jawab mbak Lastri.

''Ngo citolah, lei lopan am-am ta pei ngo, Goe siong cin siu-siu Fa-Fa koko daofat'' (saya sudah tahu, majikanmu baru saja telepon saya, dia menginginkan memotong sedikt rambut Fa-Fa) Kata petugas itu menjelaskan panjang lebar. Fa-Fa adalah nama anjing piarannya tersebut.

''O kem holah cece'' (baiklah cece) Jawab mbak Lastri.

''Lei tang hai jutpina cece, Lei jo hai kotoa'' (kamu tunggu di luar dulu mbak, kamu duduk lah disana) suruh petugas itu. ''Hoak, Emkoi sai cece'' (baik, terimakasih mbak) jawab mbak Lastri.

Sambil membaca buku yang dibawa nya dari rumah, buku tersebut adalah pinjaman dari tetangga 1 flatnya, Tak terasa hampir 1 jam mbak Lastri berada di salon khusus anjing tersebut. ''Kok suwe temen toh, Ora kaya biasane cepet ngono'' kata mbak Lastri. 5 menit kemudian petugas tersebut keluar sambil menggendong Fa-Fa.

''Ok lah Cece, Kautimsai wo. Lei emsai pei jina, yuno hai lei lopan pei co jin wo'' (Ok lah mbak, sudah selesai. Kamu tidak usah kasih uang, ternyata majikan mu sudah memberikan uang) Kata petugas tersebut. ''Holah emkoi sai Cece, Ngo caolah. Hako lepai em ngotei kin mina'' (Baik terimakasih mbak, saya pergi dulu. Jum'at minggu depan kita ketemu lagi) Jawab mbak Lastri.

''Pai-pai, Siusamti wo'' (sampai jumpa, hati-hati ya) Kata petugas itu. ''Pai-pai Cece'' (sampai jumpa mbak) Jawab mabk Lastri

Mbak Lastri pun agak tergesa-gesa karena jam sudah menunjukkan pukul 06 sore. Sebentar lagi dia harus menyiapkan menu makan malam untuk majikannya. Dia pun kembali naik MTR di Prince Edward, Sambil mencari tempat duduk, dia pun mengitarkan pandangannya. Akhirnya dia mendapatkan tempat duduk di dekat seorang bule bersama anaknya.

Handphone di sakunya bergetar, Oh ternyata majikannya yang meneleponnya ''Wai cece, Lei yika hai pina??'' (hallo mbak, kamu sekarang dimana??) Tanya nyonya. "Wai dhai-dhai, Ngo yika tapkan tedit fan okge a'' (hallo nyonya, saya sekarang naik MTR mau pulang ke rumah) Jawab mbak Lastri.

''O kem holah, Keman ngo dongmai singsang emfanlei sekfana. Lei jike hai okge sekfana cece, siusamti wo'' (o kalau begitu, nanti malam saya bersama tuan tidak pulang makan ke rumah. kamu dirumah makan sendirian mbak, hati-hati ya) Kata nyonya. ''Holah dhai-dhai, ngo citoa'' (baik nyonya, saya mengerti) Jawabnya. ''Pai-pai cece'' (sampai jumpa mbak) ''Pai-pai'' Jawab mbak Lastri.

''Alhamdullilah, majikanku ternyata tidak pulang makan ke rumah, jadi saya tidak perlu tergesa-gesa'' Kata mbak Lastri dalam hati

Sambil tetap memegang tas yang berisi anjing piarannya tersebut, Pikiran mbak Lastri membayangkan kalimat-kalimat puterinya yang tadi pagi baru saja di telepon. ''Ibu, Dik Ayu kangen sama Ibu. Ibu kangen ndak sama Dik Ayu'' Tak terasa airmata mbak Lastri menetes perlahan. ''Ibu kapan pulang kampung bu, Dik Ayu kangen banget sama Ibu" Dengan berbesar hati mbak Lastri menjawab ''Ibu juga kangen sama Dik Ayu, Kangennnnnnnn banget. Ibu sebentar lagi pulang nduk, Ibu mau mencari modal dulu buat biaya Dik Ayu sekolah, buat modal usaha besok di Indonesia. Kalau tabungan Ibu sudah cukup, ibu akan pulang secepatnya ke tanah air nduk. Setiap ingat akan ibu dan anaknya di Indonesia, Mbak Lastri menjadi terharu, Perasaan kangen tiba-tiba menyeruak di hatinya.

Puteri satu-satunya terpaksa ia titipkan ke ibunya. Hanya kepada ibunya lah yang ia percaya, Karena mbak Lastri adalah anak tunggal. Karena ia percaya ibunya akan menjaga dan menyayangi anaknya sekaligus cucu satu-satu ibunya dengan sepenuh hati.

Pikiran mabk Lastri terus membayangkan kata-kata puterinya tadi pagi. ''Next stasion is Choihung'' Tak terasa mbak Lastri sudah sampai di MTR Choihung, Seharusnya dia khan turun di Diamond Hill. ''Astaghfirullah.....Pikiranku kok jadi kemana-mana ya, Sampek numpak MTR ae kebablasen toh. Untung cuma 1 stasiun, kalau ndak bisa-bisa saya nyasar ke Yautong'' Kata mbak Lastri sambil beristighfar.

Dengan tekat bulat, Nanti malam dia akan berbicara dengan majikannya. Dia akan cuti pulang ke tanah air, Dia sudah kangen denga puteri satu-satunya di Indonesia.

Tepat jam 09.30 malam majikannya pulang kerumah. Karena sudah ada kunci-kunci sendiri, majikannya tidak perlu memencet bel rumah. Memang orang Hong Kong walaupun 1 rumah ada 7 orang pun, Tiap 1 orang pasti mempunyai kunci rumah sendiri-sendiri. Pintu rumah pun terbuka, Lalu mbak Lastri menyambut kedatangan kedua majikannya.

Nyonya menyerahkan bungkusan warna putih yang berisi makan yang tadi dibelinya di bawah flat rumah sambil berkata ''Cece, liko hap leh, Dingyat ngo yiu tai fan kungsi wo. Lei Pai sitkwai sina'' (mbak, kotak makan ini, besuk saya akan bawa ke kantor. kamu taruh di kulkas dulu ya''. ''Heiwo cece, Jengkan lei yap ngo kanfong wo, Ngotei yao siu-siu ye dong lei kong ye wo''. (O iya mbak, nanti kamu masuk ke kamar saya ya, kami ada sedikit pembicaraan dengan mu). Degg.....Perasaan mbak Lastri campur aduk antara takut di marahi majikannya dan sedih. "hoak dhai-dhai'' Jawab mbak Lastri.



Pelan-pelan mabk Lastri masuk ke kamar majikannya, Dilihatnya sebentar kedua wajah majikannya, lalu dia menunduk pelan. ''Cece, Kamu tidak usah takut, aku menyuruhmu ke sini. aku mau bertanya sesuatu kepadamu'' Majikannya terdiam sesaat, lalu melanjutkan kalimatnya. ''Kulihat beberapa hari ini kamu kelihatan murung, ada apa?? Apa ada masalah di Indonesia. Katakan kepada kami berdua, sebisa mungkin kami akan membantunya. Lei ko loi mosi mah'' (anakmu tidak apa-apa khan'' Tanya majikannya panjang lebar.

''Mosi a Dhai-dhai, Patkwo......'' Mbak Lastri memotong kalimatnya.

''Tapi apa cece......, Apa dia ingin ketemu sama kamu?? Saya tahu perasaan anakmu dan perassan mu sendiri. Betapa kamu rindu anakmu di Indonesia sana. Kalau begitu kamu saya kasih ijin cuti pulang ke Indonesia ya, Kami akan secepatnya membelikan tiket untukmu'' Kata nyonya. Tak terasa air mata mbak Lastri menetes perlahan. Sambil mendekat nyonya memberikan tisu kepada mbak Lastri.

''Jangan sedih cece, seharusnya kamu senang bisa bertemu dengan anakmu kembali'' Kata nyonya.

''Iya nyonya, Terima kasih. Saya sungguh terharu, Nyonya begitu baik sama saya'' Jawab mbalk Lastri. ''Sungguh cece, kami kami berdua sudah menganggapmu seperti keluarga kami sendiri, Bukan sebagai pembantu seperti kebanyakan majikan di luar sana.'' Balas majikannya.

''Terimakasih banyak nyonya, Lalu kapan nyonya memberi saya cuti pulang?? Kalau Idul Fitri bisa tidak nyonya??'' Tanya mbak Lastri Penuh harap.

''Tak......''(boleh) Jawab nyonya. "Terimakasih nyonya, terimakasih banyak'' Balas mbak Lastri. "Nanti kamu saya akan kasih uang saku untuk kamu berikan kepada anakmu ya'' ''Iya nyonya terimakasih''

''Sudah sekarang kamu istirahat dulu, sudah malam ini. Besok kamu khan kerja lagi'' suruh majikannya. ''O iya cece, kamu sudah sembahyang belum??'' Tanya nyonya. "Sudah nyonya, Terimakasih (maksudnya nyonya adalah sudah sholat Isya' belum, karena majikannya sangat menghormati agama yang di anut mbak Lastri. lalu mbak Lastri permisi, Sambil masuk kedalam kamarnya, Dengan perasaan terharu mabk Lastri mengucap syukur kepada Allah SWT karena doa-doa nya telah terkabulkan. Sebelum tidur mbak Lastri berdo'a semoga dalam mimpinya dia bertemu dengan puterinya dan ibu kandungnya. Besok pagi dia akan memberi kabar kepada puterinya bahwa hari raya dia akan mudik. Pertanyaan puterinya terjawab sudah.

Malam beranjak, Bintangpun gemerlapan bersinar dengan terang nya. Bulan pun seakan tersenyum dengan indahnya. Seakan-akan ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan mabk Lastri. Mbak Lastri pun terlelap di buai mimpi, dalam mimpinya dia bertemu dengan puterinya


''Nduk.....Ibu pulangggggggg''